Hujan Diciptakan Agar Kau Tahu Rumah Itu Hangat
Menu Saya sedang berhenti di bawah jalan layang Tanjung Barat untuk memakai mantel hujan. Dingin. Kira-kira jam dua Rabu subuh. Hujan lebat. Mereka, pasangan itu, juga berteduh. Mungkin mereka tidak punya mantel hujan. Istrinya berkerudung oranye, pakai jaket. Suaminya berjaket hitam. Di bagian depan motor, ada karung beras. Mungkin saya berlebihan, tapi saya sangat yakin melihat cinta dalam percakapan mereka, walau kata-kata yang terucap tertutup deru hujan. Tangan sang istri yang melingkari pinggang suaminya digenggam erat oleh sang suami yang sesekali tersenyum memandang kejauhan. Mungkin mereka berharap segera bertemu anak-anak, untuk dipeluk dalam hangat kamar yang mungkin sederhana. Mungkin mereka sebetulnya tak sabar untuk segera mengatakan kepada anak-anak itu, bahwa beberapa hari ke depan mereka pasti bisa makan, setidaknya nasi. Saya selalu yakin bahwa hujan diturunkan agar kita tahu bahwa rumah itu hangat. Ya, rumah itu hangat. Dan, di mana kita me...