Jim Reeves, Verkedel, Begitulah Hidup Berlaku

Kebahagiaan pada masa tertentu ternyata bisa menjadi sumber kesedihan di masa lainnya. Jangan terlalu serius:)

Ngopi siang-siang, dari rumah tetangga terdengar lagu-lagu Jim Reeves. Dulu, pesta-pesta pernikahan di Ruteng selalu dihiasi lagu-lagu Jim Reeves. Dan, jika dari sebuah rumah, lagu-lagu Jim Reeves terdengar sejak pagi dengan volume cukup keras, itu sering menandakan bahwa malamnya akan ada pesta. Di rumah itu.

Saat-saat itu sangat membahagiakan, karena itu juga sering berarti Mama akan pergi dari rumah membawa pisau, menuju ke rumah pesta, untuk bantu memasak. Dan, tidak ada polisi yang menilang Mama yang membawa barang tajam dengan sebegitu terbukanya. Dan saya sering sekali, di rumah pesta, mengintip dari jendela, untuk berbisik-bisik memanggil Mama, minta daging, perkedel, atau apa pun makanan pesta, yang pada hidup di hari biasa jarang didapatkan.

Mama sering malu dengan kelakuan saya, dan saya nyaris selalu tahu bahwa nanti, sesampai di rumah, saya akan dicubit dengan cukup keras. Itu kalau di rumah pesta itu Mama tidak punya kesempatan dalam kesempitan untuk langsung memarahi dan mencubit. Sering, tanta-tanta yang lainlah yang memberikan makanan yang saya minta. Mama tambah malu. Aduhhhh....

Wangi bumbu seketika menyeruak di langit panas siang ini. Mungkin memang begitulah memori di otak kita bekerja, dan ini tidak serumit Freud. Lagu-lagu Jim Reeves adalah soundtrack masa kecil, dan membawa suasana tertentu yang cukup jelas terekam. Indah, tanpa beban, sebab yang memikirkan keuangan rumah tangga adalah orangtua, yang harus berutang jika tidak punya uang adalah orangtua. Walaupun anak punya kewajiban cuci piring, cari kayu bakar di hutan, pergi membeli beras, gula atau garam, terasa bahwa tugas seorang manusia pada masa kanak-kanaknya hanyalah berbahagia.

Kebahagiaan pada masa tertentu merupakan sumber kesedihan pada masa lainnya. Tolong agak serius membaca ini:) Saya sedih, karena masa kecil yang indah dan menyenangkan itu tak mungkin kembali lagi. Apakah kebahagiaan saya sekarang tidak cukup membuat saya bersyukur? Itu soal lain.

Inilah kita, manusia, yang berjalan seiring waktu, tak punya kuasa untuk kembali menjadi anak-anak, tak punya hak untuk memutar waktu, tak punya kekuatan untuk menukar tempat terbit dan terbenamnya matahari.

Tetapi selalu ada sebuah kekuatan untuk berharap, sebab sebagaimana kebahagiaan pada masa tertentu bisa menjadi sumber kesedihan di masa lainnya, demikian pula sebuah kesedihan di masa tertentu bisa menjadi sumber kebahagiaan di masa lainnya. Dulu, saya sangat sedih bahwa Bapa adalah ayah yang sangat keras.

Jim Reeves sudah tak terdengar lagi dari rumah tetangga. Mungkin beliau tersinggung karena lagu dan suara merdunya dikait-kaitkan dengan perkedel. Oh, lupa. Di Ruteng, dulu, orang menyebutnya "verkedel". Ada yang bilang "werkedel" juga.

Dengan behentinya lagu-lagu itu, saya tidak tahu, harus bersyukur atau sedih, walau saya mengakui dan merasakan hidup itu indah, justru karena keterbatasan saya sebagai manusia yang terikat pada sebuah ruang dan waktu, dan saya sedapat mungkin merasa harus selalu berterima kasih untuk hidup.

Mengutip lirik lagu saya sendiri, "Jejak Hujan di Tanah Basah":

"Tahun-tahun terus berlalu
Suatu saat kan mencegatku
Di sebuah waktu yang tak kutahu
Begitulah hidup berlaku....'

Lagu ini adalah salah satu lagu di album yang sedang saya siapkan.

Ya, sama seperti Anda, saya juga bingung kenapa tulisan ini berubah menjadi ajang promosi lagu saya. Hahahahaha. Itulah, kita tidak pernah tahu bagaimana sebuah tulisan mengakhiri dirinya. Begitulah hidup berlaku.

Comments

Popular posts from this blog

Lirik lagu "Pempang"

Lompong Cama

All Things Must Pass