Posts

Showing posts from May, 2019

Krontjong Toegoe di Tokyo: Part 2

Image
Saya ingin sekali bertemu dengan Maria itu di Jepang. Saya lupa nama belakangnya. Maria siapa, ya? Hehehe. Ingin melihat langsung wajahnya. Tapi sampai hari kedua hingga malam selesai, belum kesampaian juga. Sedikit kecewa, tapi mengenang bagaimana kami mengisi hari itu membuat saya tersenyum. Dari penginapan di daerah Musashi Koyama, kami memakai sepatu hitam resmi untuk penampilan hari kedua sebagai penampilan utama kami di Tokyo. Sore yang cerah. Kami terlihat gagah sekali, apalagi atasan yang akan kami pakai adalah beskap Betawi. Lalu, tampilnya di hotel Gajoen yang merupakan salah satu hotel terbaik di Jepang. Siap tempur. Sampai di hotel yang dibangun pada 1935 dan dulu dikenal sebagai Istana Dewa Naga itu, saya terkagum-kagum. Di atas semua kekaguman akan tata ruang dan keindahannya, saya merasa bahwa orang Jepang adalah orang yang berdedikasi sangat tinggi untuk apa saja yang dikerjakannya. Semua terlihat indah, rinci...

Krontjong Toegoe di Tokyo

Image
Kami, Krontjong Toegoe mendarat di Bandara Haneda, Tokyo pada jam 6.30 pagi tadi setelah tujuh jam membelah langit ke arah timur laut dari Jakarta. Suasana saat mendarat di sebuah kota sangat memengaruhi kesan terhadap kota itu, ternyata. Karena kami mendarat di dalam hujan dan kabut, saya mendapatkan kesan sendu tentang Tokyo, apalagi hujan terus turun hingga sore hari, dan gerimis masih sesekali turun saat kami mengisi acara di SRIT, Sekolah Republik Indonesia Tokyo, tadi sore. Acara yang berlangsung informal tersebut adalah dalam rangka menghibur orang-orang Jepang yang menyukai keroncong, orang-orang yang jauh lebih menguasai lagu "Bengawan Solo" dibanding "Kokoro No Tomo". Acara utama terkait kedatangan kami baru akan berlangsung besok malam di sebuah hotel. Itu dalam rangka peringatan hubungan Jakarta dan Tokyo sebagai sister cities . Hujan yang turun membuat kami tidak bisa melihat biru langit yang istimewa pada negara dengan empat musim, hal ...

Lompong Cama

Kami sound check di Lapangan Motang Rua, Ruteng, sekitar jam 2 sore pada 6 April yang cerah. Angin di Ruteng nyaris selalu dingin dan sore itu pun demikian. Banyak cara melawan dingin di Ruteng. Kami memilih salah satu cara, yang mungkin tidak perlu saya ceritakan di sini. Saat saya dan band Ponggo's Squad mulai memburu sound masing-masing, Yoliz, gitaris, belum mendapatkan ampli. Band ini memang tidak biasa komposisinya. Termasuk saya, ada tiga gitaris. Kami bertiga main elektrik, jadi perlu ampli, tidak maksimal jika satu di antara kami hanya menggunakan DI box . Kami coba memainkan beberapa lagu. Saya merasa sound system enak. Saat semua sudah menemukan sound masing-masing, kami mencoba memainkan "Lompong Cama". Saat mendekati bagian akhir lagu, ketika sampai pada lirik " lonto cama weta nara" , saya berhenti nyanyi karena tiba-tiba ingin menangis. Entah mengapa, akhir-akhir ini, bagian itu selalu menyentuh saya lebih dari bagian lain di lagu itu, ...