Krontjong Toegoe di Tokyo


Kami, Krontjong Toegoe mendarat di Bandara Haneda, Tokyo pada jam 6.30 pagi tadi setelah tujuh jam membelah langit ke arah timur laut dari Jakarta. Suasana saat mendarat di sebuah kota sangat memengaruhi kesan terhadap kota itu, ternyata. Karena kami mendarat di dalam hujan dan kabut, saya mendapatkan kesan sendu tentang Tokyo, apalagi hujan terus turun hingga sore hari, dan gerimis masih sesekali turun saat kami mengisi acara di SRIT, Sekolah Republik Indonesia Tokyo, tadi sore. Acara yang berlangsung informal tersebut adalah dalam rangka menghibur orang-orang Jepang yang menyukai keroncong, orang-orang yang jauh lebih menguasai lagu "Bengawan Solo" dibanding "Kokoro No Tomo". Acara utama terkait kedatangan kami baru akan berlangsung besok malam di sebuah hotel. Itu dalam rangka peringatan hubungan Jakarta dan Tokyo sebagai sister cities.

Hujan yang turun membuat kami tidak bisa melihat biru langit yang istimewa pada negara dengan empat musim, hal yang selalu saya rindukan. Sendu. Sebelum makan siang di sebuah restoran, kami jalan-jalan ke kuil Shensoji di daerah Asakusa yang penuh pegunjung, orang-orang yang memakai payung di bawah hujan. Saya lagi flu berat dan jalan di bawah hujan tanpa payung membuat flu saya semakin berat, walau mungkin membuat saya terlihat perkasa: tidak takut kepada hujan. Sakitnya di dalam. Makin sendu.

Sebelumnya, kami sempat mengambil gambar di KBRI untuk sebuah video musik single terbaru kami yang video liriknya akan diluncurkan pada hari Sabtu ini di youtube. Nantikan, ya. Di lagu itu, ada alat musik yang tidak pernah kami gunakan dalam rekaman sebelumnya. Proses rekamannya tetap diselenggarakan di studio di rumah saya di Depok. Saya jadi ingat rumah saat menulis bagian ini, terutama karena putri saya sangat suka menggambar anime, menyukai segala sesuatu yang bersifat Jepang: makanan, budaya dan musik populernya. Sendu makin dalam. 

Ini sendu yang lain. Di Tokyo, kami sangat jarang menyaksikan orang merokok. Bahkan di beberapa tempat, tanda larangan merokok tercetak pada trotoar. Sejak 1990-an, penggunaan tembakau di Jepang menurun, dan grafiknya menurun dengan drastis pada beberapa tahun terakhir. Sebuah universitas bahkan menciptakan kontroversi dengan membuat aturan tidak menerima profesor yang merokok mengajar di sana. Ada perusahaan yang memberikan waktu merokok di sela jam kerja kepada karyawan yang merokok, dan memberikan cuti enam hari lebih banyak dalam setahun bagi yang tidak merokok demi keadilan. Di KBRI, ada sebuah sudut tempat merokok. Udara dingin karena hujan, dan kami bersesak-sesak di sana, demi kesempatan merokok. Sendu, bukan?

Setelah acara di SRIT - yang kepanjangannya sudah saya tulis di paragraf pertama - kami pulang ke penginapan untuk makan. Tidak hujan, dan kami keluar jalan-jalan. Tujuan utamanya adalah mencari tempat ngopi, tujuan sekundernya ya jalan-jalan saja, lihat-lihat suasana Tokyo pada malam hari. Setelah cukup lama berjalan kaki, Arend, Fuad, Tomi dan Fika yang merupakan anggota paling muda di antara kami, memisahkan diri dan menempuh jalan sendiri dengan semangat muda yang sangat saya sukai dan kadang membuat saya iri: gembira, suka petualangan, berani menempuh risiko dan sekilas cenderung tidak berhati-hati. Bersama mereka, bermusik selalu sangat menyenangkan. Lalu saya ingat pada banyak kenangan yang membuat saya rindu kepada sifat itu, sifat tidak terlalu berhati-hati, sifat yang sepertinya mulai hilang dalam diri saya. Sendu sekali, to?

Oh, lalu kami menemukan sebuah tempat yang enak dan cosy bernama Kimbo Espresso Italiano. Kami ngopi dan bercerita soal banyak hal. Suasana enak sekali dan membuat saya bersyukur untuk hidup saya, untuk kesempatan menikmati banyak sudut dunia, untuk kesempatan mengingatkan diri untuk selalu bergembira, tidak lupa bersyukur. Malam berakhir lalu kami pulang kembali ke penginapan. Kaki saya mulai sedikit lelah, tapi tetap melangkah dengan hati yang gembira, dalam rasa syukur, rasa syukur yang sendu.

Comments

Popular posts from this blog

Lirik lagu "Pempang"

Lompong Cama

All Things Must Pass